Selasa, 01 Desember 2009

Karasteristik Penyesuaian Diri

Diposting oleh Nuy di 04.30
Karasteristik Penyesuaian Diri

Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri.Rintangan-rintangan tertentu itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin di luar dirinya. Dalam hubungannya dengan rintangan-rintangan tersebut ada individu-individu yang dapat melakukan penyesuaian diri yang positif namun ada juga yang melakukan penyesuaian diri yang salah. Berikut ini akan ditinjau penyesuaian diri secara positif dan penyesuaian diri yang salah.

1. Penyesuaian Diri Secara Positif

Mereka yang tergolong melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai hal-hal sebagai berikut:

a) Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional
b) Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis
c) Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi
d) Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri
e) Mampu dalam belajar
f) Menghargai pengalaman
g) Bersikap realistic dan Objektif

Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukannya dalam berbagai bentuk, antara lain:

a) Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung
Dalam sintaksis ini individu secara langsung menghadapi masalahnya dengan segala akibat-akibatnya. Ia melakukan segala tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapinya. Misalnya seorang siswa yang terlambat menyerahkan tugas karena sakit, maka ia menghadapinya secara langsung, ia mengemukakan segala masalahnya kepada gurunya.

b) Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi(penjajahan)
Dalam situasi ini individu mencari berbagai bahan pengalaman untuk dapat menghadapi dan memecahkan masalahnya. Misalnya; seorang siswa yang merasa kurang mampu dalam mengerjakan tugas, ia akan mencari bahan dalam upaya menyelesaikan tugas tersebut, dengan membaca buku, konsultasi, diskusi, dan sebagainya.

c) Penyesuaian dengan trial and error atau coba-coba
Dengan cara ini individu melakukan suatu tindakan coba-coba, dalam arti kalau menguntungkan diteruskan dan kalau gagal tidak diteruskan. Taraf pemikiran kurang begitu berperan dibandingkan dengan cara eksplorasi.

d) Penyesuaian denga subsitusi
Jika individu merasa gagal dalam menghadapi masalah, maka ia dapat memperoleh penyesuaian dengan jalan mencari pengganti. Misalnya gagal nonton film di bioskop, dia pindah nonton TV.

e) Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri
Dalam hal ini individu mencoba menggali kemampuan-kemampuan khusus dalam dirinya, dan kemudian dikembangkan sehingga dapat membantu penyesuaian diri. Misalnya seorang siswa yang mempunyai kesulitan dalam keuangan, berusaha mengembangkan kemampuanya dalam menulis(mengarang). Dari usaha mengarang ia dapat membantu mengatasi kesulitan dalam keuangan.

f) Penyesuaian diri dengan belajar
Dengan belajar, individu akan banyak memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat membantu menyesuaikan diri.Misalnya seorang guru akan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak belajar tentang berbagai pengetahuan keguruan.

g) Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri
Penyesuaian diri akan lebih berhasil jika disertai dengan kemampuan memilih tindakan yang tepat dan pengendalian diri secara tepat pula. Dalam situasi ini individu berusaha memilih tindakan mana yang harus dilakukan dan tindakan mana yang tidak harus dilakukan. Cara inilah yang disebut inhibisi. Disamping itu, individu harus mampu mengendalikan dirinya dalam melakukan tindakannya.

h) Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat
Dalam situasi ini tindakan yang dilakukan merupakan keputusan yang diambil berdasarkan perencanaan yang cermat. Keputusan diambil setelah dipertimbangkan dari berbagai segi, antara lain segi untung dan ruginya.

2. Penyesuaian Diri Yang Salah
Kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, dapat mengakibatkan individu melakukan penyesuaian yang salah. Penyesuaian diri yang salah ditandai dengan berbagai bentuk tingkah laku yang seba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang realistic, agresif, dan sebagainya. Ada bentuk reaksi dalam penyesuaian yang salah yaitu: (i) reaksi bertahan, (ii) reaksi menyerang, dan (iii) reaksi melarikan diri.

1) Reaksi Bertahan (Defense Reaction)
Individu berusaha untuk mempertahankan dirinya, seolah-olah tidak menghadapi kegagalan. Ia selalu berusaha untuk menunjukkan bahwa dirinya tidak mengalami kegagalan.Bentuk khusus reaksi ini antara lain:
• Rasionalisasi, yaitu bertahan dengan mencari-cari alasan (dalam) untuk membenarkan tindakannya.
• Represi, yaitu berusaha untuk menekan pengalamannya yang dirasakan kurang enak kea lam tidak sadar. Ia berusaha melupakan pengalamannya yang kurang menyenangkan. Misalnya seorang pemuda berusaha melupakan kegagalan cintanya dengan seorang gadis.
• Proyeksi, yaitu melemparkan sebab kegagalan dirinya kepada pihak lain untuk mencari alasan yang dapat diterima. Mislanya seorang siswa yang tidak lulus mengatakan bahwa gurunya membenci dirinya.
• Sour Grapes (anggur kecut), yaitu dengan memutarbalikkan kenyataan. Misalnya seorang siswa yang gagal mengetik, mengatakan bahwa mesin tiknya rusak, padahal dia sendiri tidak bias mengetik.



2) Reaksi Menyerang
Orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah menunjukan tingkah laku yang bersifat menyerang untuk menutupi kegagalannya. Ia tidak mau menyadari kegagalannya. Reaksi-reaksinya tampak dalam tingkah laku:
• Selalu membenarkan diri
• Mau berkuasa dalam setiap situasi
• Mau meiliki segalanya
• Bersikap senang mengganggu orang lain
• Menggertak baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan
• Menunjukkan sikap permusuhan secara terbuka
• Menunjukkan sikap menyerang dan merusak
• Keras kepala dalam perbuatannya
• Bersikap balas dendam
• Memperkosa hak orang lain
• Tindakan yang serampangan, dan
• Marah secara sadis

3) Reaksi Melarikan Diri (Escape Reaction)
Dalam reaksi ini orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalannya,reaksinya tampak dalam tingkah laku sebagai berikut: berfantasi yaitu memuaskan keinginan yang tidak tercapai dalam bentuk angan-angan (seolah-olah sudah tercapai), banyak tidur, minum-minuman keras, bunuh diri, menjadi pecandu ganja, narkoba, dan regresi yaitu kembali kepada tingkah laku yang semodel dengan tingkat perkembangan yang lebih awal (misal orang dewasa yang bersikap dan berwatak seperti anak kecil), dan lain-lain.

4) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri
Secara keseluruhan kepribadian mempunyai fungsi sebagai penentu primer terhadap penyesuaian diri. Penentu berarti factor yang mendukung, mempengaruhi, atau menimbulkan efek pada proses penyesuaian. Secara sekunder proses penyesuaian ditentukan oleh factor-faktor yang menentukan kepribadian itu sendiri baik internal maupun eksternal.Penentu penyesuaian identik dengan factor-faktor yang mengatur perkembangan dan terbentuknya pribadi secara bertahap.Penentu-penentu itu dapat dikelompokkan sebagai berikut:

• Kondisi Jasmaniah
Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa system saraf, kelenjar, dan otot merupakan factor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan-gangguan dalam system saraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian.Dengan demikian, kondisi system-sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik.

• Perkembangan, Kematangan, dan Penyesuaian Diri
Dalam Proses perkembangan, respon anak berkembang dari respon yang bersifat instinktif menjadi respon yang diperoleh melalui belajar dan pengalaman. Dengan bertambahnya usia perubahan dan perkembangan respon, tidak hanya melalui proses belajar saja melainkan anak juga menjadi matang untuk melakukan respon dan ini menentukan pola-pola penyesuaian dirinya.

Sesuai dengan hokum perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya, sehingga pencapaian pola-pola penyesuaian diri pun berbeda pula secara individual. Dengan kata lain, pola penyesuaian diri akan bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapainya. Disamping itu, hubungan antara penyesuaian dengan perkembangan dapat berbeda menurut jenis aspek perkembangan yang dicapai. Kondisi-kondisi perkembangan mempengaruhi setiap aspek kepribadian seperti: emosional, social, moral, keagamaan, dan intelektual. Dalam fase tertentu salah satu aspek mungkin lebih penting daripada kematangan social, dan kemtangan social merupakan yang terpenting dalam penyesuaian diri. Contohnya adalah banyak orang yang telah mengetahui bahwa menolong itu baik, tetapi mereka banyak yang tidak melakukannya.

• Penentu Psikologis terhadap Penyesuaian Diri
Banyak sekali factor psikologis yang mempengaruhi penyesuaian diri, diantaranya adalah: pengalaman, belajar, kebutuhan-kebutuhan, determinasi diri, dan frustasi.

1) Pengalaman
Tidak semua pengalaman mempunyai arti bagi penyesuaian diri. Pengalaman-pengalaman tertentu yang mempunyai arti dalam penyesuaian diri adalah pengalaman yang menyenangkan dan pengalaman traumatic (menyusahkan). Pengalaman yang menyenangkan misalnya memperoleh hadiah dalam suatu kegiatan, cenderung akan menimbulkan proses penyesuaian diri yang baik, dan sebaiknya pengalaman traumatic akan menimbulkan penyesuaian yag kurang baik.

2) Belajar
Proses belajar merupakan suatu proses dasar yang fundamental dalam proses penyesuaian diri, karena melalui belajar ini akan berkembang pola-pola respon yang membentuk kepribadian. Sebagian besar respon-respon dan ciri-ciri kepribadian lebih banyak yang diperoleh dari proses belajar daripada yang diperoleh secara diwariskan. Dalam proses penyesuaian diri belajar merupakan suatu proses modifikasi tingkah laku sejak fase-fase awal dan berlangsung terus sepanjang hayat dan diperkuat dengan kematangan.

3) Determinasi diri
Dalam proses penyesuaian diri, disamping ditentukan oleh faktor-faktor tersebut di atas, orangnya itu sendiri menentukan dirinya, terdapat faktor kekuatan yang mendorong untuk mencapai sesuatu yang baik atau buruk, untuk mencapai taraf penyesuaian yang tinggi, dan atau merusak diri. Faktor-faktor itulah yang disebut determinasi diri.

Determinasi diri mempunyai peranan yang penting dalam proses penyesuaian diri karena mempunyai peranan dalam pengendalian arah dan pola penyesuaian diri. Keberhasilan atau kegagalan penyesuaian diri akan banyak ditentukan olh kemampuan individu dalam mengarahkan dan mengendalikan dirinya, meskipun sebetulnya situasi dan kondisi tidak menguntungkan bagi penyesuaian dirinya. Ada beberapa orang dewasa yang mengalami penolakan ketika masa kanak-kanak, tetapi mereka dapat menghindarkan diri dari pengaruh negatif karena dapat menentukan sikap atau arah dirinya sendiri.

4) Konflik dan penyesuaian
Tanpa memperhatikan tipe-tipe konflik, mekanisme konflik secara esensial sama yaitu pertentangan antara motif-motif. Efek konflik pada perilaku akan tergantung sebagian pada sifat konflik itu sendiri. Ada beberapa pandangan bahwa semua konflik bersifat mengganggu atau merugikan. Namun dalam kenyataan ada juga seseorang yang mempunyai banyak konflik tanpa hasil-hasil yang merusak atau merugikan. Sebenarnya, beberapa konflik dapat bermanfaat memotivasi seseorang untuk meningkatkan kegiatan. Cara seseorang mengatasi konfliknya dengan meningkatkan usaha kea rah pencapaian tujuan yang meguntungkan secara social, atau mungkin sebaliknya ia memecahkan konflik dengan melarikan diri, khususnya lari ke dalam gejala-gejala neurotis.

• Lingkungan Sebagai Penentu Penyesuaian Diri
Berbagai lingkungan anak seperti keluarga dan pola hubungan di dalamnya, sekolah, masyarakat, kultur, dan agama berpengaruh terhadap penyesuaian diri anak.

1) Pengaruh rumah dan keluarga
Dari sekian banyak factor yang mengondisikan penyesuaian diri, factor rumah dan keluarga merupakan faktor yang sangat penting, karena keluarga merupakan satuan kelompok social terkecil. Interaksi social yang pertama diperoleh individu adalah dalam keluarga. Kemampuan interaksi social ini kemudian akan dikembangkan di masyarakat.

2) Hubungan orang tua dan anak
Pola hubungan antara orang tua dengan anak akan mempunyai pengaruh terhadap proses penyesuaian anak-anak. Beberapa pola hubungan yang tepat dapat mempengaruhi penyesuaian diri antara lain:

a) Menerima (acceptance)
Yaitu situasi hubungan di mana orang tua menerima anaknya dengan baik. Sikap penerimaan ini dapat menimbulkan suasana hangat dan rasa aman bagi anak.

b) Menghukum dan disiplin yang berlebihan
Dalam pola ini, hubungan orang tua dengan anak bersifat keras. Disiplin yang ditanamkan orang tua terlalu kaku dan berlebihan sehingga dapat menimbulkan suasana psikologis yang kurang menguntungkan anak

c) Memanjakan dan melindungi anak secara berlebihan
Perlindungan dsn pemanjaan secara berlebihan dapat menimbulkan perasaan tidak aman, cemburu, rendah diri, canggung, dan gejala salah suai lainnya.

d) Penolakan
Yaitu pola hubungan di mana orang tua menolak kehadiran anaknya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penolakan orang tua terhadap anaknya dapat menimbulkan hambatan dalam penyesuaian diri.

3) Hubungan saudara
Suasana hubungan saudara yang penuh persahabatan, kooperatif, saling menghormati, penuh kaih sayang, mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk tercapainya penyesuaian yang lebih baik. Sebaliknya suasana permusuhan, perselisihan, iri hati, kebencian, iri hati, kebencian, dan sebagainya dapat menimbulkan kesulitan dan kegagalan penyesuaian diri


4) Masyarakat
Keadaan lingkungan masyarakat di mana individu berada merupakan kondisi yang menentukan proses dan pola-pola penyesuaian diri. Kondisi studi menunjukkan bahwa gejala tingkah laku yang tidak sesuai bersumber dari keadaan masyarakat. Pergaulan yang salah di klangan remaja dapat mempengaruhi pola-pola penyesuaian dirinya.

5) Sekolah
Sekolah mempunyai peranan sebagai media untuk memperngaruhi kehidupan intelektual, social, dan moral para siswa. Suasana di sekolah baik social maupun psikologis menentukan proses dan pola penyesuaian diri.Di samping itu, hasil pendidikan yang diterima anak di sekolah akan merupakan bekal bagi proses penyesuaian diri di masyarakat.

• Kultural dan Agama sebagai Penentu Penyesuaian Diri

Proses penyesuaian diri anak mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara bertahap dipengaruhi oleh factor-faktor kultur dan agama. Lingkungan cultural di mana individu berada dan berinteraksi akan menentukan pola-pola penyesuaian dirinya. Contohnya tata cara kehidupan di sekolah, mesjid, dan semacamnya akan mempengaruhi bagaimana anak menempatkan diri dan bergaul dengan masyarakat sekitarnya.

Agama memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi, dan ketegangan lainnya. Agama juga memberikan suasana damai dan tenang bagi anak. Agama merupakan sumber nilai, kepercayaan, dan pola-pola tingkah laku yang akan memberikan tuntunan bagi arti, tujuan, dan kestabilan, hidup umat manusia. Kehidupan yang efektif menuntut adanya tuntunan hidup yang mutlak. Sembahyang dan berdo’a merupakan medium dalam agama untuk menuju kea rah kehidupan yang berarti. Agama memgang peranan penting dalam proses penyesuaian diri.

Karasteristik Penyesuaian Diri





0 komentar:

Posting Komentar

Silakan ngoceh.. ^.^
Yang ngga punya blog juga bisa ngoceh di sini pake alamat email/alamat facebook kalian. =D

Makasih udah mampir ke sini. Jangan bosen mampir ya~

 

Blog Ga Jelass Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting